Kamis, Mei 08, 2008

MUHASABAH

Ya Allah..! yaa Rabbi…! Aku sudah tak tahan berada di persimpangan jalan, berada di antara kegelapan dan cahaya. Sesaat ruh – dzat yang Engkau tiupkan ke dalam jasadku - menanjak-menaik berbincang akrab dengan diri-Mu, tetapi di lain kesempatan nafsuku bergaul mesra dengan hamba-Mu yang terkutuk, Iblis la’natullah. Malam hari aku sholat tahajjud untuk memohon bimbingan dan petunjuk-Mu dan dengan sifat rahim-Mu, aku Engkau bimbing dan beri petunjuk, tetapi di siang harinya nafsuku mencampakkan seluruh bimbingan dan petunjuk-Mu.

Duhai Allah..! penyejuk mata hatiku. Nafsuku sungguh bodoh, serakah, dan angkuh. Dia tidak pernah mempedulikan suadara tuanya, yakni ruh. Dalam setiap tindak-tanduknya, nafsuku tiada pernah mempedulikan seluruh rambu-rambu-Mu. Bagi nafsuku, Al-Qur’an tak lebih hanyalah bacaan berbahasa arab yang cukup dibaca tanpa ada usaha yang sungguh-sungguh untuk mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Nafsuku menjerit meronta-ronta tatkala – dengan penuh kelembutan – ruh mengajak untuk bertemu diri-Mu. Dengan segala daya dan upaya, nafsuku tak sudi bertemu diri-Mu, ya Allah..!

Wahai Allah..! sungguh aku tak kuasa mengarah-kendalikan nafsuku. Fikiran-aqal yang Engkau anugerahkan padaku, telah memaparkan segudang hujjah dan dalil untuk menjelaskan kepada nafsuku bahwa diri-Mu (Allah) sajalah yang sanggup menjadi penolong sejati, tetapi aku heran mengapa nafsuku mudah sekali terpikat dengan tipu daya Iblis ?. Nafsuku duduk bercengkrama dengan Iblis, bergurau dengan Iblis seolah-olah Iblis adalah teman sejati. Padahal, Engkau telah jelaskan kepadaku bahwa Iblis adalah musuh sejati yang hanya layak dijadikan musuh. Padahal Engkau telah kabarkan, bahwa janji-janji yang diobral Iblis sesungguhnya hanyalah kepalsuan yang nyata.

Wahai Allah..! aku sangat berharap uluran pertolongan-Mu untuk mendidik dan mengarah-kendalikan nafsuku agar sudi melihat wajah-Mu.
Wahai Allah…! aku sangat rindu untuk dapat kembali bercengkrama-mesra dengan diri-Mu seperti ketika aku masih di dalam kandungan Ibu.

Wahai Allah…! aku rindu dengan kehadiran-Mu, yang sanggup menenangkan perasaan hatiku.
Ya Allah, aku rindu pada-Mu. Sekian tahun hidup ini kujalani hanya menuruti keinginan nafsuku. Dan, yang kurasakan hanyalah kegersangan dan kegelisahan perasaan-hati. Sekian tahun kuturuti nafsuku, bukannya kemudahan dan kelapangan hidup yang kudapati, malah sebaliknya, kesulitan dan kesempitan hidup datang silih-berganti. Namun demikian, nafsuku tiada mau jera dan terus saja berjalan menuju neraka jahimi.

Hari ini, aku mohon pada-Mu agar sudi memeluk erat-erat nafsuku. Tunjukkanlah pada nafsuku bahwa Engkau adalah keindahan sejati melebihi dari keindahan yang disaji-tampakkan oleh Iblis. Ya Allah…! hampirilah nafsuku sebagaimana Engkau telah menghampiri nafsu orang-orang yang Engkau ridhoi. Jangan Engkau biarkan Iblis menyesatkan diriku ! sekali lagi aku mohon, jangan engkau biarkan Iblis menyesatkan aku. Hanya kepada-Mu aku mohon pertolongan dari tipu daya Iblis – dalam wujud apapun. Kalau bukan Engkau siapa lagi yang sanggup menolongku ?

Ya Allah…! Iblis yang membonceng nafsuku telah menerobos dan merusak serta memporak-porandakan hatiku. Dengan penuh angkara murka, hiasan-hiasan hati yang penuh keindahan fitriyah, oleh Iblis dan nafsu amarahku dirusak dan diganti dengan keindahan palsu. Hati nuraniku menjadi hancur berkeping-keping berubah-berganti menjadi hati dzulmani, hati yang dzalim. Hatiku menjadi kotor tidak bersih-suci lagi seperti saat aku masih bayi. Hatiku terasa sakit, sempit, dan penuh dengan kegelisahan. Hatiku menjadi gelap sulit menerima cahaya kebenaran. Untuk itu, hari ini aku juga mohon kepada-Mu, untuk sudi mensuci-bersihkan hatiku dari kotoran yang diakibatkan oleh Iblis dan nafsu amarahku.

Wahai Allah…! aku tahu, tindakan-Mu membersihkan hatiku pasti disertai rengekan dan tangisan nafsu amarahku. Nafsu amarahku pasti tak suka dengan tindakan-Mu itu. Dia pasti menghembuskan bisikan-bisikan ke dalam telinga hatiku berupa tidak enaknya bersanding mesra dengan-Mu. Untuk itu, aku mohon pada-Mu agar hatiku tetap diteguh-kuatkan menghadapi segala bentuk bisikan yang disebarkan oleh nafsu amarahku (dan Iblis tentunya). Ikat eratlah hatiku dengan tali asmaul husna, ya Allah.

Wahai Allah…! setelah hari ini, jadikan aku sebagai salah satu hamba kekasih-Mu. Terimalah aku sebagai pelayan-Mu, terimalah aku sebagai murid-Mu, dan terimalah pula aku sebagai sahabat-Mu. Jangan Engkau pergi meninggalkan aku sendirian di dunia ini. wahai Allah…! tanpa diri-Mu aku sudah membuktikan bahwa hidup menjadi sengsara. Perselingkuhanku dengan Iblis tidak membuat hatiku tenang.

Wahai Allah…! ampunilah aku – yang selama sepenggal umurku – telah meninggalkan diri-Mu. Hari ini – dengan penuh kesungguhan hati – aku sadar dengan kesalahanku itu. Dan, aku kembali kepada-Mu.

Wahai Allah…! hatiku harap-harap cemas mengharap keridhoan-Mu atas seluruh kesalahanku. Diriku tak tahu, kemana lagi harus berpaling jika Engkau tak sudi lagi menatap diriku. Tetapi aku sadar, Engkau adalah dzat yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun. Diri-Mu sangat senang dan gembira apabila melihat sesosok hamba-Mu yang tak berdaya – karena berlumuran dosa – merengek-rengek kepada-Mu memohon ampunan. Dengan serta-merta Engkau pasti tersenyum bahagia menerima kembali hamba-Mu yang telah lama hilang-menjauh dari-Mu.
Wahai Allah…! dekap-erat diriku, peluk-mesra diriku, jangan pernah Engkau lepas diriku dari pelukan-Mu, sedetikpun. Aku mohon ya Allah…! sekali lagi aku mohon.

Wahai Allah…! linangan air mataku membasahi pipi, sebagai tanda rasa haruku atas seluruh kebaikan-Mu selama ini. Engkau cipta aku sebagai khalifah, Engkau sempurnakan jasadku, Engkau lancarkan lidahku untuk berbicara dan berbagai bentuk kebaikan-Mu lainnya yang tiada sanggup aku menghitungnya satu per satu. Seluruh kebaikan-Mu itu Engkau limpahkan kepadaku dengan tulus ikhlas. Engkau tiada pernah berharap aku membalas kebaikan-Mu dan memang aku tiada sanggup membalasnya. Tetapi, aku sendiri tiada paham dan mengerti dengan kedzaliman nafsuku yang tidak pernah mengingat kebaikan-Mu itu. Nafsuku malah tunduk-patuh bertekuk-lutut pada Iblis yang tidak pernah memberiku kebahagiaan. Betapa pedihnya hati seorang Ibu apabila melihat anaknya yang sangat dicintai malah terjerumus dalam perbuatan maksiat. Demikian kira-kira perasaan-Mu padaku selama ini. Engkau merasa pedih, sedih dan cemburu melihat perselingkuhku itu. Tetapi, hanya karena sifat pemurah dan penyayang-Mu semata Engkau tidak mela’natku dan membinasakanku. Sebelum hari kiamat, Engkau masih membuka lebar-lebar pintu taubat.

Hari ini aku sadar atas kesalahanku. Namun, kesadaran itu datang bukan atas kekuatan aqal fikir yang aku miliki. Kesadaran itu datang berkat belas-kasihan-Mu, dengan sifat-Mu yang indah memberikan pelajaran-hikmah kepadaku. Engkau perlihatkan kepada mata hatiku betapa semrawut, kotor dan berbahayanya jalan yang ditunjukkan oleh Iblis. Secara penglihatan mata-nafsu mungkin jalan yang disaji-tampakkan oleh Iblis seolah-olah adalah jalan yang lurus, mudah dan menyenangkan. Tetapi, jika dilihat dengan menggunakan mata-hati jalan itu tampak semrawut, kotor dan berbahaya.

Oleh karena itu – dengan penuh ketulusan – aku bersujud kepada-Mu. Sujud syukur atas karunia-Mu padaku yang telah membuka lebar-lebar mata-hatiku. Engkau tampakkan padaku bahwa sebelah kanan Iblis sesungguhnya adalah sebelah kiri dan sebelah kiri sesungguhnya adalah sebelah kanan. Engkau tampakkan padaku bahwa air yang ditawarkan Iblis sesungguhnya adalah api dan api yang ditawarkan Iblis sesungguhnya adalah air. Engkau tampakkan kepadaku bahwa kenikmatan dan kelezatan yang disajikan Iblis sesungguhya adalah kepahitan dan kegetiran, sebaliknya, kepahitan dan kegetiran yang disajikan Iblis sejatinya adalah kenikmatan dan kelezatan.

Yaa..Allah…! kabulkan permohonanku ini dan sampaikan salamku untuk hamba-Mu tercinta, Muhammad Rasulullah SAW beserta para sahabat dan ahlul bayt. Amiin….!

Pena: Haris El Mahdi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar