Jumat, Juli 03, 2009

HATI (QOLBU)

Pena: Haris E Mahdi
Misi utama setiap rasul diutus – mulai dari Adam sampai Muhammad – adalah mengajak-himbau umat manusia untuk menyambungkan perasaan-hati kepada Allah, Sang pencipta sekaligus pembimbing alam semesta. Misi ini juga menjadi tugas pokok yang harus diemban oleh para ulama’, karena ulama’ adalah pewaris para nabi/rasul.

Perasaan-hati – atau lebih tepatnya hati (qolbu) – merupakan benteng pertahanan yang pertama sekaligus terakhir bagi manusia dalam menghadapi berbagai ragam bentuk serangan yang dilancarkan oleh Iblis, baik yang dilakukan secara terang-terangan maupun secara sembunyi.sembunyi. Merebut dan sekaligus menguasai hati manusia adalah sudah menjadi cita-cita Iblis semenjak dia diusir Allah dari sorga yang penuh rahmat. Segala daya dan upaya Iblis kerahkan hanya untuk satu tujuan, yakni menembus blokade pertahanan hati. Belum puas perasaan Iblis sebelum dirinya menguasai hati manusia. Iblis ingin membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang tak pantas dimuliakan. Gelora amarah, dendam dan kebencian terpatri dalam “hati” Iblis terhadap manusia.

Nah, ketika blokade pertahanan hati manusia dapat ditembus oleh Iblis, maka dengan leluasa dia (baca : Iblis) dapat mengendalikan manusia sesuai dengan kehendaknya. Meskipun secara lahiriah dia adalah manusia, tetapi pola berfikirnya adalah pola Iblis, pola bicaranya adalah pola Iblis dan pola perilakunya adalah pola Iblis. Manusia model seperti inilah yang disebut sebagai “perajurit-perajurit Iblis” (penulis berdo’a semoga kita tidak termasuk dalam golongan ini).

Watak khas manusia yang telah di-”baptis” menjadi perajurit-perajurit Iblis adalah perasaan-hatinya tidak pernah tenang, lapang dan damai. Hal ini dikarenakan Iblis tidak ridho jika ketenangan, kelapangan dan kedamaian menjadi hiasan hati manusia. Mengapa demikian ? karena manusia yang hatinya tenang, lapang dan damai adalah calon penghuni sorga, sedangkan Iblis sendiri mengajak-himbau manusia untuk masuk neraka yang penuh gejolak, kesempitan dan kekacauan. Iblis khawatir jika seluruh manusia hatinya tenang, lapang dan damai maka neraka menjadi sepi tak berpenghuni kecuali dirinya (baca : Iblis) sendiri. Oleh karenanya – dengan segala cara – iblis membujuk-rayu manusia untuk mengikuti langkahnya. Perbuatan-perbuatan maksiat yang dimurkai Allah, oleh Iblis ditampakkan sebagai perbuatan yang benar, nikmat dan Indah. Berzina atau mendekati zina, berjudi, mencuri, membunuh, berbohong, mabuk-mabukan, narkoba, syirik dan durhaka terhadap orang tua merupakan beberapa bentuk hasil rekayasa Iblis untuk menjerumuskan manusia ke dalam neraka. Semua aktivitas tersebut, oleh Iblis senantiasa disisipi dengan bayangan-khayal kenikmatan, keindahan dan beberapa nilai kebaikan. Bukankah dalam sebuah hadits diterangkan bahwa neraka dipagari oleh segala sesuatu yang terpandang benar, nikmat dan Indah ?

Usaha Iblis untuk menggempur pertahanan benteng hati tidak cukup hanya melalui serangan-serangan frontal yang mudah dilihat dan dideteksi oleh manusia. Namun Iblis melangkah lebih jauh, yakni menyerang manusia melalui pola pandangan atau pola pemikiran. Serangan ini bersifat halus dan lembut tetapi sangat efisien dan efektif dalam membongkar pertahanan Hati. Berbagai pola pemikiran yang mengarahkan manusia menuju kebenaran, oleh Iblis disamarkan untuk kemudian dibelokkan ke jalan kesesatan.

Salah satu contohnya adalah aturan hubungan dengan lawan jenis. Dalam aturan ajaran agama Islam, apabila seorang pemuda tertarik-terpikat kepada seorang gadis maka dianjurkan kepadanya untuk langsung menanyakan kepada wali gadis tersebut untuk diperkenankan meminangnya. Dalam ajaran Islam, setiap anak wanita mempunyai wali atau orang yang diberi wewenang untuk mengambil keputusan-keputusan penting perihal kehidupan dan masa depan si anak wanita tersebut. Orang yang diposisikan sebagai wali haruslah yang bijaksana dan bisa mengayomi. Biasanya merujuk pada Bapak si gadis atau laki-laki yang mempunyai hubungan darah satu jalur dengan Bapak si gadis atau orang laki-laki yang dipercaya karena ketakwaan dan kejujurannya.

Lantas, mengapa seorang anak wanita harus terlebih dahulu menerima dan mendapatkan saran dari seorang wali? Bukankah ini yang namanya bias gender? Bukankah Islam mengajarkan kesetaraan gender antara laki-laki dengan perempuan? Demikianlah berbagai bentuk argumentasi yang diajukan oleh Iblis. Dan, Iblis-pun mempunyai tata-pergaulan sendiri yang mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan, dia (baca:Iblis) mengkampanyekan “pacaran”. Argumentasi yang diajukan Iblis adalah bahwa pacaran merupakan sarana untuk lebih mendalami kekurangan dan kelebihan dari pasangan lawan jenisnya sebelum diteruskan ke jenjang pernikahan. Pemahaman yang mendalam tentang pasangan lawan jenis sangat penting agar kelak dalam hidup berumah-tangga masing-masing pihak sudah saling memahami kekurangan dan kelebihannya. Dan, mahligai pernikahan pun dapat dipertahankan sampai akhir hayat.

Sangat logis dan masuk akal..! Demikian komentar kebanyakan manusia menyimak argumentasi yang diajukan Iblis tersebut. Padahal jika kita mau sedikit merenung, sejatinya apa yang diajarkan oleh Iblis hanyalah sebuah tipu-daya yang menyesatkan. Bukti konkretnya adalah: betapa banyak orang yang telah menjalin hubungan pacaran – bahkan sudah berjalan sangat lama – gagal dalam mebina rumah tangga, perceraian setiap tahun terus meningkat. Dan, yang lebih ironis adalah ternyata pacaran tidak dapat dijadikan sarana untuk menyelami sifat dan watak pasangan. Bukti konkretnya adalah: banyak terjadi percekcokan dalam hidup berumah-tangga antara suami dengan isteri, padahal mereka berdua adalah pasangan serasi waktu pacaran.

Bukti-bukti di atas menunjukkan bahwa ajaran Iblis tentang pacaran adalah ajaran yang menyimpang dari kebenaran. Namun demikian, Iblis sungguh lihai menutupi keburukan dengan bungkus kenikmatan. Meskipun Allah melarang pacaran, Iblis menyajikan iming-iming keindahan dan kenikmatan berpacaran. Iblis pancing perasaan-nafsu manusia dengan bayangan-khayal tentang nilai-nilai kebaikan dari pacaran. Dan, manusia pun terjebak oleh umpan pancing Iblis. Pacaran membuat nafsu manusia bergelegak dan bergejolak. Hati senantiasa berdebar-debar ketika hendak melakukan aktivitas pacaran. Setiap saat setiap waktu yang diingat adalah pacarnya, di pasar ingat pacar, di mikrolet ingat pacar dan bahkan di WC pun ingat pacar.

Hati yang seharusnya menjadi kerajaan Allah berubah fungsi menjadi kerajaan pacar. Ribuan goresan syair lagu dan puisi diciptakan untuk menggambarkan betapa kuat dan dahsyatnya gelora asmara yang menguasai kalbu. Ungkapan cinta-mesra dan sayang kepada sang pacar telah menjadi hiasan bibir bagi mereka yang dimabuk asmara. Dan, Allah-pun hilang dari alam pikiran apalagi dalam perasaan. Iblis pun bertepuk-tangan dan menyunggingkan senyum kemenangan karena berhasil menembus blokade hati manusia melalui strategi pacaran.

Iblis bergembira-ria karena bukan lagi Allah yang menjadi penghuni hati manusia. Dan, Iblis sangat tahu dan sadar bahwa letak kekuatan manusia adalah ketika Allah bersemayam di dalam hatinya. Sebaliknya, ketika Allah telah terusir dari kerjaan hati, maka sudah dapat dipastikan bahwa manusia menjadi lemah tak berdaya menghadapi gempuran Iblis. Tujuan akhir dari Iblis adalah agar manusia datang kepadanya untuk mengaku kalah dan bersedia menjadi prajurit-prajurit Iblis untuk bersama-sama menyebar-luaskan adat-istiadat keiblisan. Meskipun kelak akhirnya Iblis masuk neraka, tetapi dia merasa bangga dengan hasil kerjanya yang melakukan tipu-daya terhadap manusia. Iblis bergembira jika banyak anak keturunan Adam yang masuk neraka karena hal itu berarti visi dan misinya berhasil.

Semoga kita tidak termasuk dalam kelompok “PRAJURIT-PRAJURIT IBLIS”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar